TWO FRIENDS
“Bahagia…! Emang kenapa?” Suara jelas Ratisa mengungkapkan tujuan hidupnya.
“Kamu yakin banget sama tujuan hidupmu? Bukannya Allah itu menciptakan jin dan manusia untuk beribadah?”
“Kamu bener Fi, tapi aku juga punya pengalaman hidup. Menurut pengalam hidupku dari kecil sampe sekarang, kebahagiaan itu malah mendekatkan aku dengan Allah. So… experiences is the best teacher…”
“Oke,,, aku setuju aja deh.” Lalu Afi kembali melamun dan memanang kosong ke depan.
“Kalo kamu?” lamunan Afi membuat Ratisa ingin bertanya.
“Yang jelas, nggak bikin rugi orang lain. Haha..”
“Iih yang jelas doong. Tadi kan aku udah jabarin bejibun-jibun cita-citaku???”
“Hehehe… iya iya,,,, gue…gue pengen jadi dokter yang sukses Ti…”
“Maksud dari kata sukses?” Ratisa mulai penasaran.
“Jai dokter yang memang dibutuhkan untuk menjadi dokter. Nantinya kalo aku udah kerja, aku nggak mau tinggal di kota besar. Aku ingin mengabdikan diri sama nusa dan bangsa ini. Pergi ke daerah pedalaman yang masih minim pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan. Lalu pelan-pelan membangun masyarakat itu… dan…. Menjadikan hidup mereka lebih baik”
“Waw…. Subhanallah…”
“Kenapa?”
“Lanjutin Fi! Lanjutin. Success… aku sepenuhnya dukung kamu.” Lalu suasana kembali hening. Kedua sahabat yang sudah akrab dari bangku SMA ini lagi lagi menerawang pandangan mereka. Menyaksikan gemuruh ombak yang sedang bergulung mesra. Kerudung mereka dibuatnya menari-nari oleh angin yang ikut bertiup.
“Kalo kamu??” Tanya Afi lagi.
“Aku??? Aku kan udah bilang kalo aku mau bahagia…”
“Eghhh iya…. Tapi…” Afi dibuat geram dengan sikap pura-pura Ratisa tak mengerti yang dimaksud Afi.
“Iya iya… tahu… maksudnya aku mau jadi apa kan?”
“Ehem..”
“Aakuu ingin menolong orang yang membutuhkan bantuan. Aku ignin memberikan kehidupan bagi mereka yang merasa hidup ini hampa. Aku ingin memberikan kehidupan bagi anak autis…”
“Oh ya?”
“Iya… aku pengen mereka juga punya kehidupan di dunia ini. Manusia tidak harus melulu memikirkan kemajuan. Harus ada sebagian manusia yang bertugas memperbaiki dan memanfaatkan yang sudah ada. Itulah yang ingin aku lakukan. Setelah lulus psikologi S1 ini,,, aku ingin bekerja untuk mereka. Kalau memungkinkan ingin bekerjasama membangun rumah autism, membuat para orangtuanya sedikit lega melihat anak mereka bisa berkembang juga jadi dewasa…”
“Good Luck”
“Thank you sobat”
Perbincangan Ratisa dan Afi berlanjut sampai kemana-mana. Tanya ini, itu, perihal masa depan,, sampai jodoh dan tipe laki-laki idaman.. rupanya persahabatan mereka sudah lebih dari saudara.
Namun sepertinya sore ini adalah terakhir kalianya mereka melihat matahari terbenam di pantai Parangtritis bersama-sama. Karena Ratisa akan segera pergi ke Jerman untuk kuliah S2 di sana. Biaya kuliah psikologi S2 yang mehal membuat Ratisa mengambil beasiswa. Selain itu, ia juga ingin lebih memahami kemandirian, hidup di negeri orang.
Perpisahan yang manis, dan akan menghadirkan perjumpaan yang terindukan.
by : PUSPA JUWITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar