Hening
Di tengah malam yang gelap, aku terbangun oleh suara hati yang terdengar memanggil-manggil. Lalu aku teringat, aku belum melaksanakan shalat isya! Selalu terngiang suara ayahku yangmengingatkan untuk shalat lima waktu. Aku bergegas menuju surau seorang diri sementara di samping.. teman-temanku terlelap di dalam mimpinya masing-masing.
Rasa takut yang menyelimuti hatiku segera hilang saat aku keluar dari tenda dengan menenteng seperangkat mukena. Disambut oleh udara malam yang mengeluarkan aroma khasnya, dingin dan memberi nyawa tersendiri bagi yang menghirupnya.
Jalan menuju surau tak terlalu jauh. Hanya saja aku harus melewati satu jalan tanah liat menaik yang cukup licin. Hap! Aku berhasil tanpa terpeleset. Malam itu begitu haru, kulihat banyak tenda berdiri dengan rapi berjejer membentuk suatu komunitas kehidupan yang terasa harmonis. Dengan semua penghuni dan aktivitasnya di dalam tenda, sayup terdengar suara canda tawa yang pelan yang makin hilang, oooh mungkin karena mereka mulai tertidur setelah seharian mereka mengikuti kegiatan perkemahan yang cukup menguras tenaga.
Sekarang aku sudah sampai di depan surau itu. Sangat teduh. Banyak pohon yang menaunginya, terlihat beberapa pasang sandal jepit dan sepatu berserakan di teras surau. Tak menunggu lama, aku menuju tempat wudhu, sepi tiada satupun yang berada di sana mungkin hanya makhluk halus yang mengintaiku untunglah Allah tidak memperbolehkan semua manusia melihat wujud makhluk ini. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya dunia ini jika hal itu sampai terjadi.
Kakiku yang mungil menuruni tangga menuju tempat wudhu, agak basah karena gerimis kecil tadi sore. Kuletakan mukena ditembok lalu sejenak aku membasuh wajah dan anggota badanku yang perlu dibasuh. Wudhu untuk menyucikan dari hadas kecil, sangat terasa sejuk, air yang dingin terasa menghangatkan suasana hati dan menjalar ke seluruh tubuh. Aku telah siap untuk menunaikan shalat. Sebelum aku kembali ke surau, kupandangi sebuah kandang rusa yang cukup besar, ada beberapa rusa di dalamnya. Samar kulihat mereka masih terjaga sembari menguyah menghabiskan rumput-rumput mereka. Walau aku melihatnya dari jauh, masih tercium bau pesing dari kandang itu.
Segera kupakai mukena yang kutenteng, warnanya putih dengan bordiran hijau menghias di bagian pinggirnya. Perasaan hangat seperti menerobos masuk, sangat nyaman.
Kuniatkan dalam hati dan kulafalkan. Satu persatu rukun shalat kulaksanakan, begitu khusuk. Bersujud menghadap Allah yang Maha Sempurna di tengah alam ciptaannya yang damai. Setelah shalat dan berdzikir kusempatkan memanjatkan doa meminta perlindungan kepada-Nya.
Selesai sudah ritual agama Islam itu, agama yang agung yang disampaikan oleh para Rasulullah. Andaikan aku dapat berjumpa dengan mereka, akan kusampaikan segala keluh kesahku hidup di dunia ini dengan segala nikmat dan cobaannya untuk memohon nasihat. Aku kembali ke tendaku melalui jalan yang sama hanya sekarang aku harus menuruni jalan yang licin.
Kuanggap semua telah terlaksana, kubereskan semua barang barang dalam tasku. Tak menunggu lama, aku telah terlelap dalam buaian Sang Pencipta, begitu nikmat. Syukur tak akan pernah lepas dari ucapan dan tindakanku.
by: Puspa Juwita